Mengenal Teori Belajar Konstruktivisme Lebih Dalam

soalbelajar.web.id – Mengenal Teori Belajar Konstruktivisme Lebih Dalam!. Belajar merupakan suatu proses seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan tertentu yang bisa digunakan untuk menjadi pedoman pada kehidupan. Belajar bisa di mana .saja dan kapan saja, namun istilah belajar banyak digunakan pada proses pembelajaran yang ada di sekolahan. Proses belajar mengajar di sekolah melibatkan suatu materi, anak didik, dan juga pendidik. Dalam proses belajar tersebut pendidik merupakan fasilitator anak didik untuk mengetahui ilmu yang diajarkan. Namun, cara belajar anak didik tidak semuanya sama. Proses belajar anak didik memiliki sifat dan karakter yang berbeda sehingga juga membutuhkan teori belajar yang berbeda pula. Salah satu teori belajar yang bisa diterapkan adalah teori belajar konstruktivisme.

Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Ditinjau dari namanya, teori belajar konstruktivisme memiliki arti kata membangun. Membangun yang dimaksud adalah di mana anak didik membangun sendiri suatu pemikiran dalam proses belajar mengajar. Pada teori ini, belajar secara konstruktivisme mengartikan bahwa belajar di sekolah menjadi proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Para peserta didik dibiarkan untuk meng-explore pengetahuan yang ingin mereka dapatkan namun dalam kontrol oleh tenaga pendidik. Peserta didik juga dipersilahkan menyimpulkan suatu ide, mencari makna, dan juga mencari tahu tentang apa dan bagaimana menyelesaikannya tanpa terpatok dengan menggunakan rumus. Anak didik lebih aktif untuk mencari pengetahuan yang bisa mereka pahami sendiri.

Konsep Dasar Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam menggunakan teori belajar konstruktivisme ada suatu konsep dasar yang bisa menjadi pedoman untuk memahaminya yaitu :

1. Self Regulated Learner

Anak didik akan belajar dengan kemampuan mereka sendiri. Anak didik akan dikembangkan agar menjadi anak didik yang memiliki strategi belajar yang sesuai dengan diri mereka sendiri. Semua bergantung kepada anak didik apakah ia mampu untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengembangkan pengetahuan yang ia dapatkan sehingga pengetahuannya tidak stuck atau tetap pada suatu kurikulum yang kaku.

Tanggung jawab dari proses pembelajaran ini ada pada diri anak didik itu sendiri. Ia bertanggung jawab pada pengetahuan yang akan ia dapatkan sehingga siswa harus selalu aktif dalam proses pembelajaran. Bukan seperti pada konsep belajar yang dahulu digunakan dengan memberikan tanggung jawab penuh pada pendidik, kini siswa harus lebih aktif dan bertanggung jawab atas berbagai ilmu yang akan ia dapatkan.

Anak didik harus memiliki motivasi yang kuat untuk selalu percaya dengan potensi yang ia miliki dan tidak minder dengan teman yang lain. Anak didik bisa memecahkan masalah dengan kompetensi yang biasa ia dapat dari cara memecahkan masalah yang terdahulu atau pengalaman yang sebelumnya.

Baca juga : Inquiry adalah Metode Belajar yang Melatih Kemandirian

2. Peran Guru Menjadi Fasilitator

Dalam proses pembelajaran dengan teori konstruktivisme maka guru hanya menjadi fasilitator bukan menjadi penanggung jawab utama lagi. Ia berfungsi untuk memancing berbagai kompetensi siswa. Guru akan memberikan suatu materi dasar atau contoh dasar yang bisa diterapkan oleh siswa dan diharapkan untuk mengembangkan ilmunya.

Anak didik akan diberikan suatu contoh kasus atau materi dan mereka dianjurkan untuk mencari materi tersebut dan mengembangkannya menjadi suatu pengetahuan yang baru. Fasilitator yang dahulu hanya menggunakan teknik ceramah kini mereka hanya memantau sejauh mana anak didik telah melakukan berbagai macam cara mendapatkan pengetahuan tersebut. Apabila anak didik melakukan penyimpangan atau ada suatu hal yang tidak paham, sang fasilitator lah yang akan mengambil tindakan

3. Kolaborasi Antar Pelajar

Dengan menggunakan Teori Konstruktivisme, banyak digunakan beberapa metode belajar kelompok yang memungkinkan hubungan siswa satu dengan yang lainnya semakin baik. Mereka juga akan belajar bagaimana cara memecahkan suatu masalah bersama.

Fasilitator akan memberikan suatu materi dasar yang harus mereka selesaikan atau kembangkan setelah itu mereka berprestasi di depan dan banyak yang menanggapi sehingga suatu pengetahuan tersebut menjadi berkembang dan dalam satu kelas antar pelajar semua tahu mengenai materi yang sebelumnya hanya dasar tersebut.

Baca juga : Pengertian, Ciri dan Macam-Macam Model Pembelajaran

Tokoh Dibalik Teori Belajar Konstruktivisme

Banyak tokoh-tokoh terdahulu yang sudah berpikir mengenai Teori Belajar Konstruktivisme tersebut. Lalu siapa saja mereka ?

1. Driver an Bell

Peserta didik merupakan peserta yang pasif namun juga memiliki tujuan. Peserta didik melakukan suatu proses pembelajaran dengan sangat maksimal. Pengetahuan yang datang pada anak-anaknya bukanlah pengetahuan yang kaku namun perlu dikembangkan, pengetahuan harus dikonstruksi oleh anak didik agar pengetahuan selalu berkembang. Dan kurikulum bukanlah suatu dasar dari sebuah pembelajaran, kurikulum harus dikembangkan.

2. J. Piaget

J. Piaget berpendapat jika pengetahuan yang harus dikembangkan pada otak anak didik dari suatu dasar yaitu dengan melalui suatu proses. Proses tersebut yaitu skemata yang berupa konsep berinteraksi, kedua asimilasi di mana. pada tahap penyerapan informasi baru, yang ketiga ada Akomodasi yaitu sesuatu persiapan untuk penyusunan suatu informasi dan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi

3. Vigotsky

Belajar bisa dilakukan dengan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Intinya yaitu yang pertama yaitu perkembangan intelektual yang bisa dipahami dari aspek historis tapi juga kebudayaan dan pengelaman anak. Yang kedua adalah pengembangan pengetahuan harus menggunakan suatu simbol-simbol yang bisa memancing suatu minat mencari pengetahuan baru atau pengembangan ilmu.

Baca juga : Mengenal 10 Jenis Pendekatan Pembelajaran

Implementasi dari Teori Belajar Konstruktivisme

Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

1. Membuat anak didik memiliki kemandirian untuk belajar

Anak didik yang diberikan keleluasaan dalam mencari ilmu. Anak didik akan sama-sama bertanya dan sama-sama akan menjawab sehingga mereka menjadi pribadi yang problem solver yang tentunya melatih kemandirian

2. Guru Memberi Pertanyaan Terbuka

Guru akan memberikan berbagai macam pertanyaan yang bisa dijawab oleh para anak didik. Anak didik akan merespons dengan menjawabnya. Hal ini membuat anak didik menjadi sangat aktif, percaya diri dan akan meningkatkan pengetahuannya.

3. Guru Memberikan Materi mentahkan

Guru akan memberikan materi mentahan kepada anak didik dan memintanya untuk melakukan pengembangan pengetahuan baik secara individu maupun dengan kelompok. Dengan materi mentahan tersebut bisa menjadi ilmu yang besar dan bisa mereka dapatkan dari berdiskusi atau mencari sumber yang lain.

Proses Belajar

Proses belajar ini terjadi secara alami yang tumbuh bersama dengan perkembangan masyarakat. Proses tersebut yaitu :

1. Peranan Peserta didik yang merupakan objek utama sebagai penyelamat untuk dirinya sendiri. Harus bertanggung jawab dengan prestasinya

2. Peranan guru yang menjadi fasilitator bagi para anak didik yang sedang mencari ilmunya sendiri. Guru akan mengawasi mereka dan juga memberikan suatu pancingan.

3. Sarana Belajar : dalam meningkatkan pengetahuan anak didik, saat ini juga tidak boleh menggunakan berbagai teknologi penyedia informasi sehingga lebih efektif dalam pemberian pembelajaran yang tidak membosankan.

4. Evaluasi Belajar : jika telah terjadi proses belajar sebaiknya sebelum selesai selalu budayakan evaluasi agar proses pembelajaran selalu maju dan berkembang pula. Terima kasih telah membaca di soalbelajar dan semoga artikel ini bisa membantu kamu.

Tinggalkan komentar