soalbelajar.web.id – Fakta Di Balik Perjanjian Linggarjati. Di masa perjuangan, rakyat bersama tokoh-tokoh Indonesia saling berjibaku untuk membebaskan wilayah Indonesia dari cengkeraman penjajah. Setelah dikumandangkan Proklamasi ternyata Indonesia belum benar-benar merdeka. Rakyat Indonesia masih banyak yang menderita akibat penindasan dari bangsa lain. Bangsa Belanda masih tidak mau melepaskan cengkeramannya di bumi Indonesia.
Perjanjian Linggarjati merupakan salah satu upaya dari tokoh Indonesia untuk membebaskan penderitaan rakyat. Perjanjian ini juga sebagai upaya dalam peredaman pertempuran yang terjadi antara Indonesia dan Belanda. Sebagai mediator pada perjanjian ini adalah Lord Killearn dari Inggris. Perjanjian ini melibatkan banyak tokoh besar. Bahkan Persiden Sukarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ikut menyaksikan perjanjian.
Perjanjian yang terjadi pada tanggal 11-13 November 1946 ini bertempat di desa antara Kuningan dan Cirebon. Hingga saat ini tempat perundingan yang dipakai dijadikan museum. Dari perjanjian tersebut wilayah Indonesia yang diakui secara de facto oleh Belanda hanya Jawa, Madura dan Sumatera. Pembentukan negara Republik Indonesia Serikat atau RIS terjadi setelah perjanjian ini berlaku. Pemerintah Indonesia juga harus mau bergabung di dalam Commonwealth dengan Ratu Belanda sebagai pemimpinnya.
Perjanjian Linggarjati memberikan dampak yang positif maupun dampak negatif terhadap Indonesia. Sebagai salah satu dampak yang positif adalah adanya pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia. Sedangkan salah satu dampak negatifnya adalah terjadi penyempitan wilayah Indonesia akibat pendudukan Belanda di sebagian besar wilayah. Namun yang terjadi sebenarnya adalah pihak Belanda masih terus berusaha untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia.
Di balik Perjanjian Linggarjati tersebut ada beberapa fakta yang ditemukan. Fakta-fakta tersebut sering luput dari perhatian masyarakat selama ini. Berikut fakta-fakta perjanjian antara Belanda dan Indonesia di kaki Gunung Ciremai tersebut.
Baca juga : Dampak Perjanjian Renville Untuk Indonesia
Daftar Isi
Pengambilan Nama Perjanjian
Nama perjanjian diambil dari nama desa sebagai tempat pertemuan. Desa yang berada di kaki Gunung Ciremai ini berada di antara Kuningan dan Cirebon. Lokasi ini dipilih karena dianggap merupakan tempat yang netral dan sejuk. Tempat yang dijadikan pertemuan ini sekarang digunakan sebagai museum.
Rumah Pertemuan yang Dipakai
Yang dipakai sebagai tempat perundingan dan perjanjian ternyata adalah sebuah rumah biasa. Rumah ini merupakan rumah milik orang Belanda yang bernama Kulve Van Os. Kulve ini adalah seorang pemilik pabrik semen. Usaha lainnya yaitu sebagai perajin ubin yang terpandang. Kabarnya, ia menikahi perempuan asli Indonesia.
Perjanjian Cukup Lama
Perjanjian Linggarjati ternyata memakan waktu yang cukup lama. Perundingan yang dilakukan sejak awal sangat banyak pro dan kontra di antara kedua belah pihak. Beberapa poin yang dilampirkan mendapatkan perdebatan yang cukup sengit. Dari awal perjanjian hingga ditandatangani persetujuan berjarak hingga 6 bulan lamanya.
Pemutusan Secara Sepihak
Belanda bersikap curang dengan memutuskan hasil perjanjian secara sepihak. Pihak Belanda yang diwakili oleh Gubernur Jendral H. J. Van Mook membuat deklarasi bahwa Belanda tidak ada kaitannya dengan perjanjian.
Timbul Pro dan Kontra
Setelah perjanjian ditandatangani dan dipublikasikan seharusnya konflik antara Belanda dan Indonesia menjadi mereda. Namun terjadi hal yang sebaliknya. Konflik antara kedua negara semakin meruncing hingga timbul pro dan kontra. Adanya pro dan kontra ini menyebabkan terjadinya perjanjian lagi yaitu Perjanjian Renville.
Perjuangan kemerdekaan Indonesia secara penuh dan menyeluruh tidak berhenti begitu saja setelah Proklamasi. Perjanjian Linggarjati yang terjadi pada saat itu diadakan sebagai upaya meredakan konflik antara Indonesia dan Belanda. Namun pihak Belanda bersikap curang dengan memutuskan perjanjian secara sepihak. Terima kasih telah membaca di soalbelajar dan semoga artikel ini bisa membantu kamu.